Sejarah AC
MILAN
Associazione
Calcio Milan Italia (dipanggil A.C. Milan atau Milan saja) adalah sebuah klub sepak bola Italia yang berbasis di Milan.
Mereka bermain dengan seragam bergaris merah-hitam dan celana putih
(kadang-kadang hitam), sehingga dijuluki rossoneri
("merah-hitam"). Milan adalah tim tersukses ketiga dalam sejarah
persepak bolaan Italia, menjuarai Seri A 18 kali dan Piala Italia 5 kali.
Klub ini
didirikan pada tahun 1899 dengan nama Klub Kriket dan Sepak bola
Milan (Milan Cricket and Football Club) oleh Alfred Edwards, seorang
ekspatriat Inggris.[2] Sebagai penghormatan terhadap
asal-usulnya, Milan tetap menggunakan ejaan bahasa Inggris nama kotanya (Milan)
daripada menggunakan ejaan bahasa Italia Milano.
Awal masa
terbentuk
“
|
Kita akan
menjadi sebuah tim iblis. Warna kita adalah merah menandakan api dan warna
hitam menandakan rasa takut yang akan menyerang lawan!
|
”
|
—Herbert
Kilpin
|
Klub ini
didirikan oleh dua orang ekspatriat Inggris , yaitu Herbert Kilpin dan Alfred Edwards dengan nama Klub Kriket dan
Sepakbola Milan pada tahun 16 Desember 1899.
Pada saat itu, Edwards menjadi Presiden klub pertama Milan dan Kilpin menjadi
kapten tim pertama Milan. Musim 1901, Milan memenangkan gelar
pertamanya sebagai jawara sepak bola Italia, setelah mengalahkan Genoa C.F.C. 3-0 di final Kejuaraan Sepakbola Italia. Pada 1908,
sebagian pemain dari Italia dan para pemain dari Swiss
yang tidak menyukai dominasi orang Italia dan Inggris dalam skuat inti Milan saat itu,
memisahkan diri dari Milan dan membentuk Internazionale.
Masa GreNoLi
Pada dekade
50-an, Milan ditakuti di bidang sepak bola dunia karena mempunyai trio GreNoLi , yang terdiri atas Gunnar Gren , Gunnar Nordahl , dan Nils Liedholm .Ketiganya merupakan pemain asal Swedia. Gren dan Nordahl beroperasi di sektor depan sebagai striker,
sementara Liedholm mendukung serangan sebagai penyerang bayangan (playmaker).
Tim di masa ini juga dihuni oleh sekelompok pemain-pemain berkualitas pada
masanya, seperti Lorenzo
Buffon, Cesare Maldini, dan
Carlo
Annovazzi. Kemenangan tersukses AC Milan oleh Juventus tercipta 5 Februari 1950,
dengan skor 7-1, dan Gunnar Nordahl
mencetak hat-trick.
Era Nereo
Rocco
Milan
kembali memenangi musim 1961/1962. Pelatihnya saat itu
adalah Nereo Rocco, pelatih sepak bola yang inovatif, yang dikenal sebagai
penemu taktik catenaccio (pertahanan gerendel/berlapis). Di dalam tim
termasuk Gianni Rivera dan José Altafini yang keduanya masih muda. Musim
berikutnya, dengan gol Altafini, Milan memenangkan Piala Eropa pertama mereka
(kemudian dikenal sebagai Liga Champions UEFA)
dengan mengalahkan Benfica 2-1. Ini juga
merupakan pertama kalinya sebuah tim Italia memenangkan Piala Eropa.
Meskipun
begitu, selama tahun 1960-an piala kemenangan Milan mulai menyusut , terutama
karena perlawanan berat dari Inter yang dilatih Helenio
Herrera. Scudetto berikutnya tiba hanya di 1967/1968,
berkat gol Pierino
Prati, topskor Seri A di musim itu, Piala Winners
berhasil direbut ketika mengalahkan Hamburger SV, dan juga berkat dua gol dari Kurt
Hamrin. Musim selanjutnya AC Milan memenangkan Piala Eropa kedua
(4–1 untuk AFC Ajax), dan pada 1969
memenangkan Piala Interkontinental
pertama, setelah mengalahkan Estudiantes de La
Plata dari Argentina dalam dua leg
dramatis (3–0, 1–2).
Scudetto kesepuluh dan Seri B
Di tahun 1970,
Milan merebut tiga gelar Coppa Italia dan
gelar Piala Winners kedua; namun, tujuan utama Milan
adalah scudetto kesepuluh, yang berarti mendapatkan "bintang"
untuk tim (di Italia,setiap tim yang meraih 10 gelar liga mendapat bintang yang
disemat di bajunya). Di 1972 mereka meraih semifinal Piala UEFA, kalah dari pemenang sesungguhnya, Tottenham Hotspur. Musim 1972/1973
mereka hampir memenangkan scudetto kesepulh, namun gagal karena hasil
kalah menyakitkan dari Hellas Verona F.C.
di pertandingan terakhir musim. AC Milan menunggu sampai musim 1978/1979
untuk meraih scudetto kesepuluh mereka, yang dipimpin oleh Gianni Rivera, yang pensiun dari dunia sepak bola setelah membawa timnya meraih
kemenangan tersebut.
Namun, hasil
terburuk datang kepada "Rossoneri": setelah memenangkan musim 1979/1980,
Milan didegradasi ke Seri B oleh F.I.G.C,
bersama S.S. Lazio, karena terlibat skandal
perjudian Totonero 1980. Di 1980/1981,
Milan dengan mudah menjuarai Seri B, dan kembali ke Seri A, di mana penyakit
tersebut terulang di musim 1981/1982,
Milan terdegradasi kembali.
The Dream
Team
Kedatangan
Berlusconi
Setelah
serentetan masalah menerpa Milan, dan membuat klub kehilangan suksesnya, AC
Milan dibeli oleh enterpreneur Italia, Silvio Berlusconi. Berlusconi adalah sinar
harapan Milan kala itu. Dia datang pada 1986.
Berlusconi memboyong pelatih baru untuk Milan, Arrigo Sacchi, serta tiga orang pemain Belanda, Marco van Basten, Frank Rijkaard, dan Ruud Gullit, untuk mengembalikan tim pada
kejayaan. Ia juga membeli pemain lainnya, seperti Roberto Donadoni, Carlo Ancelotti, dan Giovanni
Galli.
Era Sacchi
Sacchi memenangkan Serie A musim 1987-1988. Di 1988-1989, Milan
memenangkan gelar Liga Champions
ketiganya, mempecundangi Steaua Bucureşti
4-0 di final, dan gelar Piala Interkontinental
kedua mengalahkan National
de Medellin (1-0, gol tercipta di babak perpanjangan waktu). Tim
mulai mengulangi kejayaan mereka di musim-musim berikutnya, mengalahkan S.L. Benfica, dan Olimpia Asunción
di 1990. Skuat kemenangan Eropa mereka adalah:
Era Capello
Saat Sacchi
meninggalkan Milan untuk melatih Italia,
Fabio Capello dijadikan pelatih Milan
selanjutnya, dan Milan meraih masa keemasannya sebagai Gli Invicibli
(The Invicibles) dan Dream Team. Dengan 58 pertandingan tanpa satu pun
kekalahan Invicibli membuat tim impian di semua sektor seperti Baresi,
Costacurta, dan Maldini memimpin pertahanan terbaik, Marcel Desailly, Donadoni, dan Ancelotti di
gelandang, dan Dejan Savićević, Zvonimir Boban, dan Daniele
Massaro bermain di sektor depan. Pada saat dilatih Capello ini,
Milan pernah singgah ke Indonesia dalam rangka tur musiman dan melawan klub
lokal Persib Bandung.
Pertandingan yang dimulai di Stadion Utama
Gelora Bung Karno pada tanggal 4 Juni 1994
itu dimenangkan Milan dengan skor telak 8-0. Gol kemenangan Milan dicetak oleh
Dejan Savićević ('17)('18), Gianluigi
Lentini ('26), Paolo
Baldieri ('27)('48)('58), Christian
Antigori ('68), dan Stefano
Desideri ('78).
Masa masa
sulit (Tabarez ke Terim)
1996-1997
Setelah
kepergian Fabio Capello pada
tahun 1996, Milan merekrut Oscar Washington Tabarez tetapi perjuangan keras
di bawah kendalinya kurang berhasil dan mereka selalu kalah dalam beberapa
pertandingan awal. Dalam upaya untuk mendapatkan kembali kejayaan masa lalu,
mereka memanggil kembali Arrigo Sacchi untuk menggantikan Tabarez. Milan mendapatkan
tamparan keras kekalahan terburuk mereka di Seri A, dipermalukan oleh Juventus F.C. di rumah mereka sendiri San Siro
dengan skor 1-4. Milan membeli sejumlah pemain baru seperti Ibrahim
Ba, Christophe
Dugarry dan Edgar Davids. Milan
berjuang keras dan mengakhiri musim 1996-1997
di peringkat kesebelas di Seri A.
1997-1998
Sacchi
digantikan dengan Capello di musim berikutnya. Capello yang menandatangani
kontrak baru dengan Milan merekrut banyak pemain potensial seperti Kristen
Ziege, Patrick Kluivert,
Jesper
Blomqvist, dan Leonardo;
tetapi hasilnya sama buruk dengan musim sebelumnya. Musim 1997-1998
mereka berakhir di peringkat kesepuluh. Hasil ini tetap tidak bisa diterima
para petinggi Milan, dan seperti Sacchi, Capello dipecat.
1998-1999
Dalam
pencarian mereka untuk seorang manajer baru, Alberto Zaccheroni
menarik perhatian Milan. Zaccheroni adalah manajer Udinese yang telah mengakhiri musim 1997-1998
pada peringkat yang tinggi di tempat ke-3. Milan mengontrak Zaccheroni bersama
dengan dua orang pemain dari Udinese, Oliver Bierhoff dan Thomas
Helveg. Milan juga menandatangani Roberto Ayala, Luigi Sala
dan Andres Guglielminpietro dan dengan formasi
kesukaan Zaccheroni 3-4-3, Zaccheroni membawa klub memenangkan scudetto
ke-16 kembali ke Milan. Starting XI adalah: Christian Abbiati; Luigi
Sala, Alessandro Costacurta, Paolo Maldini; Thomas Helveg, Demetrio Albertini,
Massimo Ambrosini, Andres Guglielminpietro; Zvonimir Boban, George Weah, Oliver
Bierhoff.
1999-2000
Meskipun
sukses di musim sebelumnya, Zaccheroni gagal untuk mentransformasikan Milan
seperti The Dream Team dulu. Pada musim berikutnya, meskipun munculnya striker Ukraina Andriy Shevchenko, Milan mengecewakan fans
mereka baik dalam Liga Champions UEFA
1999-2000
ataupun Seri A. Milan keluar dari Liga Champions lebih awal, hanya memenangkan
satu dari enam pertandingan (tiga seri dan dua kalah) dan mengakhiri musim
1999-2000 di tempat ke-3. Milan tidaklah menjadi sebuah tantangan bagi dua
pesaing scudetto kala itu, S.S. Lazio dan Juventus.
2000-2001
Pada musim
berikutnya, Milan memenuhi syarat untuk Liga Champions UEFA
2000-2001
setelah mengalahkan Dinamo Zagreb
agregat 9-1. Milan memulai Liga Champions dengan semangat tinggi, mengalahkan Beşiktaş JK dari Turki dan raksasa Spanyol FC Barcelona, yang pada waktu itu terdiri dari
superstar internasional kelas dunia, Rivaldo dan Patrick Kluivert. Tapi performa
Milan mulai menurun secara serius, seri melawan sejumlah tim (yang dipandang
sebagai kecil/lemah secara teknis untuk Milan), terutama kalah 2-1 oleh
Juventus di Seri A dan 1-0 untuk Leeds United. Dalam Liga Champions putaran
kedua, Milan hanya menang sekali dan seri empat kali. Mereka gagal untuk
mengalahkan Deportivo de La Coruña
dari Spanyol di pertandingan terakhir dan Zaccheroni dipecat. Cesare Maldini, ayah dari kapten tim Paolo, diangkat dan hal segera menjadi lebih
baik. Debut kepelatihan resmi Maldini di Milan dimulai dengan menang 6-0 atas A.S. Bari, yang masih memiliki senjata muda, Antonio Cassano. Itu juga di bawah kepemimpinan
Maldini bahwa Milan mengalahkan saingan berat sekota Internazionale dengan skor
luar biasa 6-0, skor yang tidak pernah diulang dan di mana Serginho
membintangi pertandingan. Namun, setelah bentuk puncak ini, Milan mulai
kehilangan lagi termasuk kekalahan 1-0 yang mengecewakan untuk Vicenza Calcio, dengan satu-satunya gol dalam
pertandingan dicetak oleh seorang Luca Toni. Terlepas dari hasil ini, dewan
direksi Milan bersikukuh bahwa Milan mencapai tempat keempat di liga di akhir
musim, tapi Maldini gagal dan tim berakhir di tempat keenam.
2001-2002
Milan
memulai musim 2000-2001 dengan lebih banyak
penandatanganan kontrak pemain bintang termasuk Javi
Moreno dan Cosmin
Contra yang membawa Deportivo Alavés
ke putaran final Piala UEFA. Mereka juga
menandatangani Kakha Kaladze (dari Dynamo Kyiv), Rui Costa (dari AC Fiorentina), Filippo Inzaghi (dari Juventus), Martin
Laursen (dari Hellas
Verona), Jon Dahl Tomasson
(dari Feyenoord), Ümit Davala (dari Galatasaray) dan Andrea Pirlo (dari Inter Milan). Fatih
Terim diangkat sebagai manajer, menggantikan Cesare Maldini, dan
cukup sukses. Namun, setelah lima bulan di klub, Milan tidak berada di lima
besar liga dan Terim dipecat karena gagal memenuhi harapan direksi.
Era
Ancelotti
Terim
digantikan oleh Carlo Ancelotti,
meskipun rumor bahwa Franco Baresi akan menjadi manajer baru. Terlepas dari
masalah cedera pemain belakang Paolo Maldini, Ancelotti berhasil dan mengakhiri
musim 2001-02 dalam peringkat empat, tempat terakhir untuk di Liga Champions. Starting
XI pada saat itu adalah Christian Abbiati; Cosmin Contra, Alessandro
Costacurta, Martin Laursen, Kakha Kaladze, Gennaro Gattuso, Demetrio Albertini,
Serginho; Manuel Rui Costa; Andriy Shevchenko, Filippo Inzaghi. Ancelotti
membawa Milan meraih gelar juara Liga Champions pada musim 2002/2003 ketika
mengalahkan Juventus lewat drama adu penalti di Manchester, Inggris. Milan terakhir kali meraih gelar
prestisus dengan merebut juara Liga Italia pada musim kompetisi 2003/2004
sekaligus menempatkan penyerang Andriy Shevchenko sebagai pencetak gol terbanyak
di Liga Italia, maka rossoneri-pun semakin ditakuti.
Pasang surut
2006-2008
Pada musim
kompetisi Liga Italia Seri A 2006/2007,
Milan terkait dengan skandal calciopoli yang mengakibatkan klub tersebut
harus memulai kompetisi dengan pengurangan 8 poin. Meskipun begitu, publik
Italia tetap berbangga karena di tengah rusaknya citra sepak bola Italia akibat
calciopoli, Milan berhasil menjuarai kompetisi sepak bola yang paling bergengsi
di dunia, Liga Champions. Hasil itu didapat setelah Milan menaklukkan Liverpool
2-1 lewat dua gol Filippo Inzaghi.
Gelar inipun menuntaskan dendam Milan yang kalah adu penalti dengan Liverpool
dua tahun silam. Gelar pencetak gol terbanyakpun disabet pemain jenius Milan, Kaká dengan torehan 10 gol. Pada pertengahan
musim, Milan mendatangkan mantan pemain terbaik dunia, Ronaldo dari Real Madrid untuk memperkuat armada penyerang
mereka setelah penyerang muda Marco Borriello dihukum karena terbukti doping.
Musim 2007/2008, Milan terpaksa bermain di
kompetisi Piala UEFA setelah hanya berhasil menduduki
peringkat ke-5 dibawah Fiorentina dengan selisih 2 poin. Dalam pertandingan
Serie A yang terakhir, Milan menang 4-1 atas Udinese, tapi di saat bersamaan, Fiorentina juga menang atas Torino dengan skor 1-0 yang akhirnya posisi
kedua tim tak ada perubahan. Untuk memperbaiki performa di musim berikut
(2008/2009), Milan membeli sejumlah pemain baru, di antaranya Mathieu Flamini dari Arsenal, serta Gianluca Zambrotta
dan Ronaldinho yang keduanya berasal dari Barcelona.
Pada transfer paruh musim 2008/2009, Milan mendatangkan David Beckham dengan status pinjaman dari klub
sepak bola Amerika Serikat LA Galaxy.
Pasca-Ancelotti
Era Leonardo
Pada akhir
musim 2008/2009,Milan menempati peringkat
ke-3 klasemen liga Serie A, dua peringkat di
bawah rival sekota, Internazionale yang
meraih scudetto dan di bawah Juventus. Untuk memperbaiki hasil yang kurang
memuaskan ini, Milan mendatangkan pelatih muda yang sekaligus mantan pemain
Milan era 90-an, Leonardo untuk
menggantikan pelatih Milan sebelumnya, Ancelotti yang "hijrah ke
London", tepatnya klub Chelsea F.C.. Milan
juga terpaksa melepas beberapa pemainnya, antara lain:
Kaka,
pindah ke Real Madrid.
Nilai transfernya ± 67 juta Euro
Paolo Maldini, bek legendaris Milan ini memutuskan
untuk pensiun
Yoann Gourcuff, memutuskan untuk tetap di Bordeaux.
Masalah
terbesar yang mengganjal transfer para pemain tersebut adalah pihak Milan yang
selalu berpikir dua kali untuk mengeluarkan uang demi membeli seorang pemain.
Pada bulan Juli dan Agustus 2009,
Milan mendapatkan dua pemain baru, yaitu Oguchi Onyewu yang merupakan seorang mantan bek Standard Liège dengan status bebas
transfer dan Klaas-Jan Huntelaar
bekas penyerang Real Madrid
dengan nilai kontrak 14,7 juta Euro. Namun hasil yang di
dapatkan Milan pada turnamen pra-musim banyak menuai kekecewaan, pemain anyar
yang diturunkan oleh Milan pada saat tur pra-musim hanya Oguchi Onyewu karena
Huntelaar baru bergabung bulan Agustus.
Musim 2009/2010
diawali Milan dengan hasil yang tidak memuaskan. Bermula ketika Milan meraih
hasil imbang 2-2 melawan Los Angeles Galaxy,
seterusnya, Milan terus menuai hasil negatif. Milan terperosok di ajang World Football Challange 2009.
Di ajang Audi Cup,
Milan juga kalah oleh Bayern Munich dengan
skor 1-4. Bahkan, ketika menghadapi derby 30 Agustus 2009
melawan Internazionale di San
Siro, Milan kalah memalukan dengan skor 0-4, sekaligus memecahkan rekor
kemenangan terbesar Inter di San Siro.
Pertengahan Oktober 2009, penilaian berbagai pihak tentang
kinerja Leonardo sebagai pelatih yang tadinya berada di titik terendah akibat
serentetan performa buruk, mulai terdongkrak dengan berhasilnya Leonardo
memimpin Milan mengalahkan AS Roma 2-1 di San Siro[3]. Setelah kemenangan itu, Milan juga
menuai hasil positif di Stadion Santiago
Bernabéu dengan kemenangan dramatis atas Real Madrid 3-2[4]. Dan setelah itu, Milan kembali menuai
kemenangan atas Chievo Verona di
Stadio Marc'Antonio Bentegodi, kandang Chievo,
skor 2-1 untuk kemenangan AC Milan. Pada 1 November 2009,
Milan mengalahkan Parma F.C. di San Siro
2-0[5] sekaligus mengantarkan Milan ke
peringkat 4 klasemen sementara (Zona masuk Liga Champions terakhir). Pada 19 November 2009,
kekalahan 0-2 Juventus F.C. dari Cagliari membuat Milan berada di posisi runner-up
di bawah Internazionale;
karena, beberapa jam setelah kekalahan Juventus, Milan memenangkan
pertandingannya dengan Catania, 2-0[6].
Memasuki
bagian akhir musim Serie A April 2010, Milan yang
tengah berada di peringkat ketiga dan hanya selisih 4 poin dari peringkat
pertama kelasemen AS Roma, dan hanya berjarak 1 poin dengan peringkat kedua
Inter Milan. Namun pada akhirnya Milan harus takluk dua kali berturut-turut
dari Sampdoria 2-1, dan
dari Palermo
dengan skor 3-1. Dengan kekalahan tersebut, impian Milan untuk meraih gelar
musim ini pupus. Pada pertandingan di giornata terakhir Seri A 2009/2010
antara Milan melawan Juventus, Leonardo memimpin
Milan mengalahkan Juventus 3-0 di San Siro[7], sekaligus memberi kontribusi
terakhirnya bagi rossoneri, dan mengumumkan bahwa ia akan berhenti
melatih Milan untuk musim depan.[8] Sejak mundurnya Leonardo, banyak
spekulasi yang berpendapat mengenai pelatih baru Milan, tetapi pada 25 Juni 2010,
secara mengejutkan pihak Milan mengumumkan untuk memilih Massimiliano Allegri
sebagai pelatih baru Milan.
Era Allegri,
Scudetto ke-18
Musim 2010/2011,
Milan dipimpin oleh Massimiliano Allegri, dengan berbagai pembaruan mulai dari
sponsor (bwin.com digantikan Emirates), hingga lini
pemain. Di akhir bursa transfer, secara mengejutkan Milan memboyong Zlatan Ibrahimovic
dari F.C. Barcelona
(dengan opsi pinjaman dan pembelian 24 juta Euro di akhir musim), dan Robinho dari Manchester City. Awal musim, Milan dikejutkan
dengan kekalahan 0-2 dari tim promosi A.C. Cesena, meski dalam pertandingan tersebut
baik Ibrahimovic maupun Robinho memulai debutnya. Pada pertandingan derby
tanggal 14 November 2010, Milan mengalahkan Internazionale di Giuseppe Meazza dengan gol tunggal penalti
Ibrahimovic. Pada transfer paruh musim, Milan memboyong sejumlah pemain anyar
seperti Antonio Cassano
dari U.C. Sampdoria, Mark van Bommel dari Bayern Munich, dan Nicola Legrottaglie
dari Juventus F.C.. Di ajang Liga Champions,
Milan yang berhasil menembus babak penyisihan grup dipermalukan Tottenham Hotspur dengan skor 0-1 di San Siro.
13 Maret 2011, Milan mengalami hasil seri 1-1 dengan penghuni dasar klasemen A.S. Bari, minggu berikutnya 19 Maret, Milan
dipermalukan U.S. Città di Palermo
0-1 di Stadion Renzo Barbera.
Kekalahan tersebut membuat jarak poin dengan posisi 2 Internazionale berkurang
menjadi 2 poin, dan itu terjadi tepat sebelum derby Milan putaran kedua.
2 April, derby antara Milan dan Inter berlangsung di San Siro, berakhir
dengan kemenangan Milan 3-0, berkat 2 gol Pato dan 1 gol Cassano. Pada 7 Mei
2011, Milan meraih hasil imbang 0-0 dengan A.S. Roma, 1 poin tambahan hasil seri membuat
poin Milan menjadi 78 poin, tak terkejar peringkat 2 Inter karena kalah head-to-head,
dan membuat Milan meraih gelar juara Serie A atau scudetto yang ke-18[10]. Pada 6 Agustus 2011,
Milan bertemu kembali dengan Inter dalam rangka pertandingan Piala Super Italia,
Milan sebagai juara Serie A bertemu Inter sebagai juara Piala Italia. Milan memenangi pertandingan
tersebut 2-1 melalui gol Ibrahimovic dan Boateng, sementara gol Inter dicetak
oleh Wesley Sneijder,
membuat Milan unggul 1 Piala Super dari Inter.
Sumber bacaan :
Sumber bacaan :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar